Laman

Senin, 09 Desember 2013

Resensi Buku "Dahlan Juga Manusia"

RESENSI BUKU DAHLAN JUGA MANUSIA
Karya Siti Nasyi’ah


1.      Identitas Buku
Judul buku                              : Dahlan Juga Manusia
Penulis                                     : Siti  Nasyi’ah
Penerbit                                   : PT Elex Media Komputindo
Kota terbit                               : Jakarta
Tahun terbit                             : 2012
Tebal buku                              : 2cm
Ukuran buku                           : 21cm x 14cm
Jumlah halaman                       : 287
Jenis kertas buku                     : kertas novel
Desain grafis dan perwajahan : Exfan
Editor                                      : Yusak Sunaryanto
Jenis Huruf                              : Times New Roman
Ukuran HuruF                         : 11pt
Nomor ISBN                          : 978-602-00-2937-5
Keunggulan                             :
-          Cover menarik
-          Judul menarik
-          Foto sampul bagus
-          Pemilihan warna sesuai
-          Judul buku timbul
-          Bahasa mudah dicerna
-          Isi buku bab ‘Show Must Go On’ mengena
-          Buku mengandung amanat yang bagus


Kelemahan                              :
-          Kurang cermat pada bagian desain grafis.
-          Menggunakan kertas novel yang sedikit berbau.
-          Kertas berwarna kecoklatan
-          Ukuran huruf terlalu kecil
-          Isi buku tidak runtut
-          Banyak ide cerita yang diulang-ulang
-          Bertele-tele dalam penceritaan
-          Ada kata berbahasa jawa dan tidak diartikan
-          Foto tidak berwarna

2.     Pratinjau

Takjub adalah bahasa yang keluar dari mulut kami. begitulah kesan pertama ketika membaca novel Dahlan Juga Manusia ini secara keseluruhan. Buku yang ditulis oleh Siti Nasyi’ah ini mempunyai alur dan gaya bahasa yang berbeda, ia menceritakan kisah pribadinya melalui alur campur dan tidak menghilangkan kekhasan bahasa dalam penggunaan bahasa jawa. Ditinjau dari segi interinsik novel ini dikemas dengan menarik oleh penulis. Cerita yang berdasar pengalaman pribadi penulis ini benar memikat pembaca untuk melanjutkan dan mengetahui kisah seorang Dahlan. Selain menunjukan perjalanan ia bersama Dahlan dikantor dalam buku ini juga menunjukn kisah kecil Dahlan yang menyedihkan sehingga disini timbulah balada yang mengharukan pembaca. Tepuk meriah untuk Siti Nasyi’ah yang telah berhasil menyuguhkan kisah menarik perjalanannya bersama Dahlan Iskan. Dengan adanya novel ini kita juga dapat mengambil pesan-pesan moral yang luar biasa dalam kehidupan.

A.   Interinsik
Tema
Tema yang tersirat dalam buku Dahlan juga Manusia ini tak lain adalah kehidupan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dalam setiap bab dalam buku tersebut yang memiliki pesan moral mengenai kehidupan yang cukup sederhana tetapi dapat menjadikan hasil yang luar biasa.

Latar
Penggambaran latar dalam buku ini memang dikambarkan jelas oleh penulis pada setiap subbabnya.

-          Tempat
a.       Kantor redaksi Jawa Pos (Hampir setiap subbab)
b.      Ruang Kaca Dahlan Iskan (Hampir setiap subbab)
c.       Gedung Grahadi (Subbab “Ditolak Masuk Grahadi” halaman 40)
d.      Hotel bintang lima (Subbab “Cari Mobil Ajang Tes IQ” halaman 44)
e.       Rumah Mbah Ikan (Subbab “Lelaki Tua Itu” halaman 101)
f.       Magetan, Jawa Timur (Pada bagian “Siapa Pak Bos” banyak disinggung)
g.      Rumah Sakit (Subbab “Bos Super Bandel” Halaman 230)
h.      Rumah Tenggilis (Subbab “Lelaki Tua Itu” Halaman 101)
i.        Bandara
j.        Kantor kementrian
k.      Di rumah (Subbab “Suka Tidur di Sembarang Tempat” halaman 151)
l.        Di rumah tetangga (Subbab “Suka Tidur di Sembarang Tempat” halaman 151)
m.    Di ladang rumput hijau (subbab “Tangis Kedua Sepanjang Jalan” halaman 142)

-          Waktu
a.       Pagi
b.      Siang
c.       Malam
d.      Dini hari

-         Suasana
a.       Kebersamaan
Digambarkan dalam buku ini salah satunya pada subbab “Tradisi Rebutan” halaman 15
b.      Sedih
Digambarkan salah satunya pada subbab “Tangis Kedua Sepanjang Jalan” halaman 142
c.       Khawatir
Digambarkan salah satunya pada subbab “Bos Super Bandel” halaman 230
d.      Bahagia
Digambarkan melaui subbab yang dituliskan penulis.
e.       Mencekam
Digambarkan salah satunya pada subbab “Lahir Pada Suasana Mencekam”





-         Penokohan dan perwatakan
Penulis dengan mahirnya melukiskan tokoh-tokoh hebat dalam buku ini beserta penggambaran yang menakjubkan.
a.       Ita
Karyawan yang baru magang dengan hati ikhlas menjalani seluruh perintah Dahlan, berintelektual. Dilihat dari dialog tokoh lain, narasi, dan penggambaran langsung
b.      Dahlan Iskan
Kehidupan yang dijalani dengan penuh kesederhanaan hingga menjadi menteri BUMN seperti sekarang, usil tapi hasil. Nampak dari dialog tokoh lain, narasi dan penggambaran penulis langsung
c.       Napsiyah (Mamak)
Istri setia Dahlan, gemar memasak, dan ikhlas mendampingi Dahlan sejak titik 0 hingga sekarang. Dijelaskan pada Subbab “Mamak Lebih Ramah dan Rame” Hal 98)
d.      Mbah Ikan
Ngeyel. Dilukiskan pada subbab “Lelaki Tua Itu” halaman 101.
e.       Trio bomber
Malas, digambarkan dalam subbab “Sindir Trio Bomber” Halaman 5.

Alur
Dalam buku ini menggunakan alur campuran (Maju dan mundur, maju). Alur maju dibuktikan dengan pengisahan Dahlan Iskan masa kini dan kembali pada masa kesusahan di waktu kecil dan menceritakan kembali semasa beliau kini menjadi orang ternama sebagai mentri BUMN. Walaupun sedikit rancu tetapi buku ini benar-benar menggambarkan realita.


Gaya penulisan
Gaya penceritaan buku ini sangat sederhana, karena penulis tidak mengubah kekhasan gaya bahasa dalam bahasa jawa. Selain itu, buku ini ditulis dengan gaya realis atau kenyataan, penyampaian cerita yang cerdas, dan mengandung unsur moral yang luar biasa.


Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Dahlan juga Manusia adalah hidup sederhana tetapi menghasilkan kesuksesan yang luar biasa. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya yang menceritakan tentang keserderhanaan seorang Dahlan Iskan hingga beliau mendapat kesuksesan seperti sekarang ini.

Sudut pandang
Sudut pandang buku ini yaitu orang pertama. Penulis memposisikan sebagai tokoh yang berperan langsung dalam cerita tersebut.
B.   Unsur Ekstrinsik

a.      Nilai Buku

-          Nilai Sosial
Nilai sosial dalam buku ini sangat banyak dan besar pengaruhnya terhadap pribadi dan masyaraat luas. Rasa kebersamaan dan tenggang rasa yang diceritakan dalam buku ini benar-benar bisa merasuk dalam jiwa pembaca.

-          Nilai Moral
Moral dalam sebuah buku memang harus ada, karena tanpa moral maka buku seperti tulisan tanpa huruf. Dalam buku Dahlan Juga Manusia banyak sekali moral penting utuk menjalani kehidupan ini.

-          Nilai Agama
Nilai agama yang dimuat dalam buku ini adalah perwatakan manusia yang sederhana dan tidak muluk-muluk mengunggulkan apa yang dipunyai di dunia.

B
uku adalah jendela dunia, jendela untuk belajar dan meraih ilmu pengetahuan. Bukan hanya dalam buku-buku berbau serius tetapi dalam buku fiksi atau biografipun nilai-nilai kehidupan dapat kita ambil. Dengan membaca buku-buku maka cakrawala pengetahuan kita semakin meningkat. Minat membaca sebuah buku biografi atau perjalanan seorang tokoh kini memang sudah tidak digemari lagi oleh anak-anak yang sebenarnya melalu buku biografi ini anak-anak dapat mengetahui seluk beluk tokoh terkenal bahkan arti penting berjuangan terutama dalam kehidupan.
Tokoh-tokoh penting memang layak untuk kita hargai semisal dengan hadirnya buku Dahlan Juga Manusia yang bertujuan untuk dapat mengenal Dahlan Iskan lebih dalam dan mengetahui liku kesederhanaan seorang Dahlan Iskan. Maka dari itu penulis dan penerbit diharapkan selalu menciptakan karya yang produktif dan berkaitan dengan dunia biografi atau sejarah hingga tidak dilupakan oleh anak-anak jaman sekarang.

Sinopsis
Dahlan Juga Manusia
Siti Nasyi’ah


            Mengenal lebih dalam sosok Dahlan Iskan melalui tulisan hasil pengalaman pribadi Siti Nasyi’ah (Ita). Anak jurnalis yang magang di redaksi Jawa Pos ini mengenal dekat sosok sederhana yang begitu hebat yaitu Dahlan Iskan. Sosok yang hingga sekarang terkenal dengan sepatu kets, kemeja putih pasti punya kisah-kisah hebat. Dahlan ialah sosok usil tapi menghasilkan, lewat celotehan-celotehan beliau saat makan bersama dikantor, beliau mampu menghasilkan suatu berita yang aktual. Karena kesederhanan direktur Jawa Pos ini, beliau sering mengenakan taksi ketika berangkat ke kantor itupun lupa membawa uang dan harus Ita yang menangani supir taksi tersebut. Bukan hanya sering naik taksi tetapi beliau juga sering naik ojek hanya demi memenuhi deadline yang mendesak. Ita adalah anak buah Dahlan yang selalu terkena triakan halilintar Dahlan yang biasa dilontarkan dikantor, jika Pak Bos (sebutan dikantor) tidak bertriak-triak “Itaaaaaaaaaaaaaa” kata istrinya “Bapak mu lagi ‘sakit gigi’ . mangana kana sik, sak onok-e nang mburi”. Memang itu kebiasaan Pak Bos jika sedang dikantor. Triakan itu mampu menyindir 3 trio pembesar di Jawa Pos yang sedang tertidur pulas.  Menurut anak buahnya seluruh kata-kata Dahlan baik benar ataupun tidak tetap harus dituruti karena itu seperti sabda. Paling-paling jika tidak dituruti, Dahlan marah bahkan saking marahnya Dahlan akan ngambek, karena sosok Dahlan Iskan ketika marah bukanlah orang yang banyak bicaranya, tapi biasanya hanya diam dan ketika terpaksa ditanya beliau hanya jawab “ngak tahu, ngak tahu dan ngak tahu”. Tapi dibalik keseriusan ia memimpin Jawa Pos ia punya sisi humor yang mengena, kesederhanaan beliau menyebabkan beliau enggan untuk lenggahan di ruang direktur. Beliau pasti duduk bersama di ruang redaksi untuk mengedit atau sekedar makan bersama yang biasanya Pak Bos curi dari rumah. Ya, memang makan itu hasil curian Pak Bos dari istrinya yang akan dikenakan untuk arisan. Hingga suatu ketika Mamak (sebutan istri Dahlan di kantor) melepon untuk mencari sebuah panci yang berisi 5 kg rendang daging, dan ternyata panci tersebut dibawa Pak Bos untuk dibagikan dan berkata Serrrrrrrbbbbbbbuuuuu ketika ada makanan datang. Berkat kesederhanaan beliau ada kisah unik ketika beliau akan masuk Grahadi dan dilarang masuk karena penampilan yang super derhana, sepatu kets dan kemeja putih. Karena penolakan itu Dahlan dengan santai mengatakan “Tidak boleh masuk kok, ya sudah pulang saja”. Aneh bukan? Dahlan adalah sosok yang suka kebersihan dan tidak suka mempermainkan pekerjaan bahkan selalu menghargai orang dengan unik yaitu mengandakan seluruh orang. Dahlan Iskan punya cara unik mengetes IQ anak buahnya terutama ITA bisa disebut anak emas, hanya dengan cara yang gampang yaitu disuruh cari mobil yang lupa diparkirkan dimana. “Tugas mencari mobil adalah tes IQ, bagaimana caranya memecahkan sebuah persoalan. Khususnya, jika menghadapi sebuah kasus dalam sebuah pemberitaan. Insting, feeling, intuisi, penalaran dan spekulasi serta ketajaman daya endus wartawan harus dilakukan, jika ingin jadi wartawan profesional. Untuk ke arah itu dibutuhkan wartawan pejuang!” hal ini dibuktikan dengan terjun langsungnya Dahlan dalam penanganan sebuah kasus pembunuhan. Hal itu menunjukan bahwa Dahlan adalah sosok yang tidak mau tanggung-tanggung.
Kehidupan Dahlan semasa kecil memang tidak lepas dari kesusahan yang ia alami. Dari awal kelahirannya ia lahir dalam kondisi kesusahan, gunung kelud meletus dan langit magetan menghitam begitu saja. Kelahiran anak ketiga dari Muhammad Iskan ini memang berbeda, tanggal beserta tahun kelahirannya ditulIskan di lemari tua prabot teristimewa yang dimiliki, namun sayang. Lemari tua itu harus dijual karena tuntutan kebutuhan, dan tak ada yang mengingat bahwa tanggal lahir Dahlan ada dilemari tersebut. Anak laki-laki tersebut diberi nama Dahlan Iskan singkatnya Elan. Elan adalah sosok hebat yang hanya menangis dua kali selama hidupnya, pertama adalah saat kehilangan ibunda tercintanya untuk selamanya dan ketika Elan nyaris kehilangan puluhan domba yang ia angon dipinggir sungai, tak salah lagi Dahlan kini adalah sosok pimpinan elok di PLN karena dalam dirinya ada unsur-unsur ngemong, terbukti dengan ngemongnya beliau terhadap adiknya semasa sudah kehilangan ibunda tercintanya untuk selama-lamanya. Kesusahan memang menuntut Dahlan bekerja keras, bahkan biasanya Dahlan sudah tak pandang tempat dan mampu tertidur dimana saja, entah dirumah tetangga atau diteras rumah sendiri. Tuk makan sederhana pun sulit apalagi makan enak tetapi hebatnya Dahlan selalu menghafal jadwal selametan tetangganya agar ia dapat makan enak. Di balik sosok hebat yang skarang pasti Dahlan memiliki tokoh-tokoh inspirasi tersendiri, Muhammad Iskan ayah tercintanya yang sudah meminangkan Elan dengan Napsiah. Anak pemilik sebuah pesantren, dengan bangganya Mbah Ikan (Sebutan Tenar) mengatakan “Hlo, Ibune anak-anak ki yo putrane Pak Kyai je”. Napsiah sosok gemar memasak yang hingga kini setia dan mau ikut berkeluh kringat Dahlan dari titik nol hingga sekarang ada dalam suatu puncak kejayaan sebagai mentri BUMN. Dalam buku ini di kisahkan seorang Ita sudah benar-benar dipersilahkan kapan saja untuk masuk ke rumah Dahlan dan sudah dianggapnya seorang anak. Mbah Ikan mungkin sosok ngeyel yang ditiru Dahlan hingga kini, dengan kondisinya yang sudah sakit ia tetap bersikukuh untuk puasa sunah dan enggan diajak ke dokter katanya “Wis wayah dipundut, Nduk!. Aku mung nunggu waktu wae. Dadi ora perlu nang dokter.” Didikan yang keras dan sederhana itu menurun kepada jiwa Dahlan hingga kini, dirinya yang mendidik anak-anaknya ataupun Ita juga wartawan lainnya yaitu belaga seperti kyai yang selalu memberi wejangan-wejangan dan yang terpenting ialah m3ngajarkan “Jadi wartawan Jawa Pos, tidak boleh minta-mintaa. Jadi wartawan Jawa Pos tidak boleh menerima apapun. Angpau atau apapun tidak boleh. Tidak ada alasan dipaksa narasumber.” Bahkan ketika medapatkan sebuah undangan menghadiri acara pengumuman penulisan artikel Pak Bos lah yang menjadi sopir pribadi Ita, siap mengantar sampai tujuan. Dahlan yang kita kenal adalah sosok terngeyel dengan daftar bolak balik beliau untuk rawat inap di Rumah sakit bahkan sempat kabur-kaburan. Dahlan memang tidak suka dikatakan SAKIT. Saat coba ditengok di RS anak buahnya malah diusir dengan halus dan cara bercandanya, akhirnya ia mengetahui bahwa ia sudah mengidap penyakit yang diderita oleh ibu dan kakaknya dan sebagai penyebab kematian mereka, Hepatitis.
“ Biar Tidak sakit seperti saya. Penyakit itu harus dilawan. Urusan nyawa itu Hak Tuhan!”
Tidak pernah menyerah dan tidak berkecil hati dengan vonis dokter yang menyebabkan ia harus menjalani ganti hati di tahun 2007 di Tiongkok.
            Dahlan kini memang enggan untuk menduduki kursi mentrinya karena enggan disebut pejabat. Tetap dengan kesederhanaannya beliau berkata “Kayak pejabat aja” hingga sekarang Dahlan memang masih mengenakan kemeja putih, sepatu kets dan rutin setiap minggu pagi ke monas untuk jalan sehat dan senam.


Tentang Penulis
Siti Nasyi’ah mengawali karier sebagai wartawan Jawa Pos mulai 1991. Kala itu, mahasiswa Stikosa AWS menjadi wartawan magang dengan inisial Ita. Beruntung, Ita mendapat “didikan” langsung dari Pimrednya Dahlan Iskan yang karya tulisannya berinisial dis. Lulus dari Stikosa AWS, Ita melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya, hingga mengantongi gelar Sarjana Hukum.
Selama menjadi wartawan, meraih beberapa penghargaan. Diantaranya, juara 1 karya tulis jurnalistik Pemkot Surabaya selama dua tahun berturut-turut. Wartawan Terbaik Jawa Pos serta penghargaan Bintang Bhakti Budaya Kelas 1 dari Pusat Lembaga Kajian Budaya Jawa(PLKJ) Solo.
Kini, ibu dari seorang anak benama Aisyah Lintang Maharani itu aktif menjadi wartawan dimajalah wanita Kartini. Dan istri dari Jusak Soenarjo itu aktif diberbagai organisasi profesi, hobi maupun ormas. Salah satunya adalah Asosiasi Bonek Surabaya. Sederet buku biografi dari tokoh penting juga pernah dihasilkan. Untuk menghubungi Ita bisa melalui email ita_nasy@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar