Karya Siti Nasyi’ah
1. Identitas
Buku
Judul buku : Dahlan Juga Manusia
Penulis :
Siti Nasyi’ah
Penerbit :
PT Elex Media Komputindo
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2012
Tebal buku : 2cm
Ukuran buku : 21cm x 14cm
Jumlah halaman : 287
Jenis kertas buku : kertas novel
Desain grafis dan perwajahan : Exfan
Editor :
Yusak Sunaryanto
Jenis Huruf : Times New Roman
Ukuran HuruF : 11pt
Nomor ISBN :
978-602-00-2937-5
Keunggulan :
-
Cover menarik
-
Judul menarik
-
Foto sampul
bagus
-
Pemilihan warna
sesuai
-
Judul buku
timbul
-
Bahasa mudah
dicerna
-
Isi buku bab
‘Show Must Go On’ mengena
-
Buku mengandung
amanat yang bagus
Kelemahan :
-
Kurang cermat
pada bagian desain grafis.
-
Menggunakan
kertas novel yang sedikit berbau.
-
Kertas berwarna
kecoklatan
-
Ukuran huruf
terlalu kecil
-
Isi buku tidak
runtut
-
Banyak ide
cerita yang diulang-ulang
-
Bertele-tele
dalam penceritaan
-
Ada kata
berbahasa jawa dan tidak diartikan
-
Foto tidak
berwarna
2. Pratinjau
Takjub adalah bahasa yang keluar
dari mulut kami. begitulah kesan pertama ketika membaca novel Dahlan Juga
Manusia ini secara keseluruhan. Buku yang ditulis oleh Siti Nasyi’ah ini
mempunyai alur dan gaya bahasa yang berbeda, ia menceritakan kisah pribadinya
melalui alur campur dan tidak menghilangkan kekhasan bahasa dalam penggunaan
bahasa jawa. Ditinjau dari segi interinsik novel ini dikemas dengan menarik
oleh penulis. Cerita yang berdasar pengalaman pribadi penulis ini benar memikat
pembaca untuk melanjutkan dan mengetahui kisah seorang Dahlan. Selain
menunjukan perjalanan ia bersama Dahlan dikantor dalam buku ini juga menunjukn
kisah kecil Dahlan yang menyedihkan sehingga disini timbulah balada yang
mengharukan pembaca. Tepuk meriah untuk Siti Nasyi’ah yang telah berhasil
menyuguhkan kisah menarik perjalanannya bersama Dahlan Iskan. Dengan adanya
novel ini kita juga dapat mengambil pesan-pesan moral yang luar biasa dalam
kehidupan.
A. Interinsik
Tema
Tema yang tersirat dalam buku Dahlan juga Manusia
ini tak lain adalah kehidupan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dalam
setiap bab dalam buku tersebut yang memiliki pesan moral mengenai kehidupan
yang cukup sederhana tetapi dapat menjadikan hasil yang luar biasa.
Latar
Penggambaran latar dalam buku ini memang
dikambarkan jelas oleh penulis pada setiap subbabnya.
-
Tempat
a.
Kantor redaksi Jawa Pos (Hampir setiap subbab)
b.
Ruang Kaca Dahlan Iskan (Hampir setiap subbab)
c.
Gedung Grahadi (Subbab “Ditolak Masuk Grahadi”
halaman 40)
d.
Hotel bintang lima (Subbab “Cari Mobil Ajang Tes
IQ” halaman 44)
e.
Rumah Mbah Ikan (Subbab “Lelaki Tua Itu” halaman
101)
f.
Magetan, Jawa Timur (Pada bagian “Siapa Pak Bos”
banyak disinggung)
g.
Rumah Sakit (Subbab “Bos Super Bandel” Halaman 230)
h.
Rumah Tenggilis (Subbab “Lelaki Tua Itu” Halaman
101)
i.
Bandara
j.
Kantor kementrian
k.
Di rumah (Subbab “Suka Tidur di Sembarang Tempat”
halaman 151)
l.
Di rumah tetangga (Subbab “Suka Tidur di Sembarang
Tempat” halaman 151)
m.
Di ladang rumput hijau (subbab “Tangis Kedua
Sepanjang Jalan” halaman 142)
-
Waktu
a.
Pagi
b.
Siang
c.
Malam
d.
Dini hari
-
Suasana
a.
Kebersamaan
Digambarkan dalam buku ini salah satunya pada subbab “Tradisi Rebutan”
halaman 15
b.
Sedih
Digambarkan salah satunya pada subbab “Tangis Kedua Sepanjang Jalan”
halaman 142
c.
Khawatir
Digambarkan salah satunya pada subbab “Bos Super Bandel” halaman 230
d.
Bahagia
Digambarkan melaui subbab yang dituliskan penulis.
e.
Mencekam
Digambarkan salah satunya pada subbab “Lahir Pada Suasana Mencekam”
-
Penokohan dan
perwatakan
Penulis dengan mahirnya melukiskan
tokoh-tokoh hebat dalam buku ini beserta penggambaran yang menakjubkan.
a.
Ita
Karyawan yang baru magang dengan
hati ikhlas menjalani seluruh perintah Dahlan, berintelektual. Dilihat dari
dialog tokoh lain, narasi, dan penggambaran langsung
b.
Dahlan Iskan
Kehidupan yang dijalani dengan
penuh kesederhanaan hingga menjadi menteri BUMN seperti sekarang, usil tapi
hasil. Nampak dari dialog tokoh lain, narasi dan penggambaran penulis langsung
c.
Napsiyah (Mamak)
Istri setia Dahlan, gemar
memasak, dan ikhlas mendampingi Dahlan sejak titik 0 hingga sekarang.
Dijelaskan pada Subbab “Mamak Lebih Ramah dan Rame” Hal 98)
d.
Mbah Ikan
Ngeyel. Dilukiskan pada subbab
“Lelaki Tua Itu” halaman 101.
e.
Trio bomber
Malas, digambarkan dalam subbab
“Sindir Trio Bomber” Halaman 5.
Alur
Dalam buku ini menggunakan alur campuran (Maju dan
mundur, maju). Alur maju dibuktikan dengan pengisahan Dahlan Iskan masa kini
dan kembali pada masa kesusahan di waktu kecil dan menceritakan kembali semasa
beliau kini menjadi orang ternama sebagai mentri BUMN. Walaupun sedikit rancu
tetapi buku ini benar-benar menggambarkan realita.
Gaya penulisan
Gaya penceritaan buku ini sangat sederhana, karena
penulis tidak mengubah kekhasan gaya bahasa dalam bahasa jawa. Selain itu, buku
ini ditulis dengan gaya realis atau kenyataan, penyampaian cerita yang cerdas,
dan mengandung unsur moral yang luar biasa.
Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Dahlan juga Manusia
adalah hidup sederhana tetapi menghasilkan kesuksesan yang luar biasa. Hal itu
sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya yang menceritakan tentang keserderhanaan
seorang Dahlan Iskan hingga beliau mendapat kesuksesan seperti sekarang ini.
Sudut pandang
Sudut pandang buku ini yaitu orang pertama. Penulis
memposisikan sebagai tokoh yang berperan langsung dalam cerita tersebut.
B. Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Buku
-
Nilai Sosial
Nilai sosial dalam buku ini sangat banyak dan besar pengaruhnya
terhadap pribadi dan masyaraat luas. Rasa kebersamaan dan tenggang rasa yang
diceritakan dalam buku ini benar-benar bisa merasuk dalam jiwa pembaca.
-
Nilai Moral
Moral dalam sebuah buku memang harus ada, karena tanpa moral maka buku
seperti tulisan tanpa huruf. Dalam buku Dahlan Juga Manusia banyak sekali moral
penting utuk menjalani kehidupan ini.
-
Nilai Agama
Nilai agama yang dimuat dalam buku ini adalah perwatakan manusia yang
sederhana dan tidak muluk-muluk mengunggulkan apa yang dipunyai di dunia.
B
|
uku adalah jendela dunia, jendela untuk belajar dan
meraih ilmu pengetahuan. Bukan hanya dalam buku-buku berbau serius tetapi dalam
buku fiksi atau biografipun nilai-nilai kehidupan dapat kita ambil. Dengan
membaca buku-buku maka cakrawala pengetahuan kita semakin meningkat. Minat
membaca sebuah buku biografi atau perjalanan seorang tokoh kini memang sudah
tidak digemari lagi oleh anak-anak yang sebenarnya melalu buku biografi ini
anak-anak dapat mengetahui seluk beluk tokoh terkenal bahkan arti penting
berjuangan terutama dalam kehidupan.
Tokoh-tokoh penting memang layak
untuk kita hargai semisal dengan hadirnya buku Dahlan Juga Manusia yang
bertujuan untuk dapat mengenal Dahlan Iskan lebih dalam dan mengetahui liku
kesederhanaan seorang Dahlan Iskan. Maka dari itu penulis dan penerbit
diharapkan selalu menciptakan karya yang produktif dan berkaitan dengan dunia
biografi atau sejarah hingga tidak dilupakan oleh anak-anak jaman sekarang.
Sinopsis
Dahlan Juga Manusia
Siti Nasyi’ah
Mengenal
lebih dalam sosok Dahlan Iskan melalui tulisan hasil pengalaman pribadi Siti
Nasyi’ah (Ita). Anak jurnalis yang magang di redaksi Jawa Pos ini mengenal
dekat sosok sederhana yang begitu hebat yaitu Dahlan Iskan. Sosok yang hingga
sekarang terkenal dengan sepatu kets, kemeja putih pasti punya kisah-kisah
hebat. Dahlan ialah sosok usil tapi menghasilkan, lewat celotehan-celotehan
beliau saat makan bersama dikantor, beliau mampu menghasilkan suatu berita yang
aktual. Karena kesederhanan direktur Jawa Pos ini, beliau sering mengenakan taksi
ketika berangkat ke kantor itupun lupa membawa uang dan harus Ita yang
menangani supir taksi tersebut. Bukan hanya sering naik taksi tetapi beliau
juga sering naik ojek hanya demi memenuhi deadline yang mendesak. Ita adalah
anak buah Dahlan yang selalu terkena triakan halilintar Dahlan yang biasa
dilontarkan dikantor, jika Pak Bos (sebutan dikantor) tidak bertriak-triak “Itaaaaaaaaaaaaaa”
kata istrinya “Bapak mu lagi ‘sakit gigi’ . mangana kana sik, sak onok-e nang mburi”.
Memang itu kebiasaan Pak Bos jika sedang dikantor. Triakan itu mampu
menyindir 3 trio pembesar di Jawa Pos yang sedang tertidur pulas. Menurut anak buahnya seluruh kata-kata Dahlan
baik benar ataupun tidak tetap harus dituruti karena itu seperti sabda.
Paling-paling jika tidak dituruti, Dahlan marah bahkan saking marahnya Dahlan
akan ngambek, karena sosok Dahlan Iskan
ketika marah bukanlah orang yang banyak bicaranya, tapi biasanya hanya diam dan
ketika terpaksa ditanya beliau hanya jawab “ngak tahu, ngak tahu dan ngak tahu”. Tapi
dibalik keseriusan ia memimpin Jawa Pos ia punya sisi humor yang mengena,
kesederhanaan beliau menyebabkan beliau enggan untuk lenggahan di ruang direktur. Beliau pasti duduk bersama di ruang
redaksi untuk mengedit atau sekedar makan bersama yang biasanya Pak Bos curi
dari rumah. Ya, memang makan itu hasil curian Pak Bos dari istrinya yang akan
dikenakan untuk arisan. Hingga suatu ketika Mamak (sebutan istri Dahlan di
kantor) melepon untuk mencari sebuah panci yang berisi 5 kg rendang daging, dan
ternyata panci tersebut dibawa Pak Bos untuk dibagikan dan berkata
Serrrrrrrbbbbbbbuuuuu ketika ada makanan datang. Berkat kesederhanaan beliau
ada kisah unik ketika beliau akan masuk Grahadi dan dilarang masuk karena
penampilan yang super derhana, sepatu kets dan kemeja putih. Karena penolakan
itu Dahlan dengan santai mengatakan “Tidak boleh masuk kok, ya sudah pulang
saja”. Aneh bukan? Dahlan adalah sosok yang suka kebersihan dan tidak
suka mempermainkan pekerjaan bahkan selalu menghargai orang dengan unik yaitu
mengandakan seluruh orang. Dahlan Iskan punya cara unik mengetes IQ anak
buahnya terutama ITA bisa disebut anak emas, hanya dengan cara yang gampang
yaitu disuruh cari mobil yang lupa diparkirkan dimana. “Tugas mencari mobil adalah tes
IQ, bagaimana caranya memecahkan sebuah persoalan. Khususnya, jika menghadapi
sebuah kasus dalam sebuah pemberitaan. Insting, feeling, intuisi, penalaran dan
spekulasi serta ketajaman daya endus wartawan harus dilakukan, jika ingin jadi
wartawan profesional. Untuk ke arah itu dibutuhkan wartawan pejuang!” hal
ini dibuktikan dengan terjun langsungnya Dahlan dalam penanganan sebuah kasus
pembunuhan. Hal itu menunjukan bahwa Dahlan adalah sosok yang tidak mau
tanggung-tanggung.
Kehidupan Dahlan
semasa kecil memang tidak lepas dari kesusahan yang ia alami. Dari awal
kelahirannya ia lahir dalam kondisi kesusahan, gunung kelud meletus dan langit
magetan menghitam begitu saja. Kelahiran anak ketiga dari Muhammad Iskan ini
memang berbeda, tanggal beserta tahun kelahirannya ditulIskan di lemari tua
prabot teristimewa yang dimiliki, namun sayang. Lemari tua itu harus dijual
karena tuntutan kebutuhan, dan tak ada yang mengingat bahwa tanggal lahir Dahlan
ada dilemari tersebut. Anak laki-laki tersebut diberi nama Dahlan Iskan
singkatnya Elan. Elan adalah sosok hebat yang hanya menangis dua kali selama
hidupnya, pertama adalah saat kehilangan ibunda tercintanya untuk selamanya dan
ketika Elan nyaris kehilangan puluhan domba yang ia angon dipinggir sungai, tak salah lagi Dahlan kini adalah sosok
pimpinan elok di PLN karena dalam dirinya ada unsur-unsur ngemong, terbukti
dengan ngemongnya beliau terhadap adiknya semasa sudah kehilangan ibunda
tercintanya untuk selama-lamanya. Kesusahan memang menuntut Dahlan bekerja
keras, bahkan biasanya Dahlan sudah tak pandang tempat dan mampu tertidur
dimana saja, entah dirumah tetangga atau diteras rumah sendiri. Tuk makan
sederhana pun sulit apalagi makan enak tetapi hebatnya Dahlan selalu menghafal
jadwal selametan tetangganya agar ia dapat makan enak. Di balik sosok hebat
yang skarang pasti Dahlan memiliki tokoh-tokoh inspirasi tersendiri, Muhammad Iskan
ayah tercintanya yang sudah meminangkan Elan dengan Napsiah. Anak pemilik
sebuah pesantren, dengan bangganya Mbah Ikan (Sebutan Tenar) mengatakan “Hlo,
Ibune anak-anak ki yo putrane Pak Kyai je”. Napsiah sosok gemar memasak
yang hingga kini setia dan mau ikut berkeluh kringat Dahlan dari titik nol
hingga sekarang ada dalam suatu puncak kejayaan sebagai mentri BUMN. Dalam buku
ini di kisahkan seorang Ita sudah benar-benar dipersilahkan kapan saja untuk
masuk ke rumah Dahlan dan sudah dianggapnya seorang anak. Mbah Ikan mungkin
sosok ngeyel yang ditiru Dahlan
hingga kini, dengan kondisinya yang sudah sakit ia tetap bersikukuh untuk puasa
sunah dan enggan diajak ke dokter katanya “Wis wayah dipundut, Nduk!. Aku mung nunggu
waktu wae. Dadi ora perlu nang dokter.” Didikan yang keras dan
sederhana itu menurun kepada jiwa Dahlan hingga kini, dirinya yang mendidik
anak-anaknya ataupun Ita juga wartawan lainnya yaitu belaga seperti kyai yang
selalu memberi wejangan-wejangan dan yang terpenting ialah m3ngajarkan “Jadi
wartawan Jawa Pos, tidak boleh minta-mintaa. Jadi wartawan Jawa Pos tidak boleh
menerima apapun. Angpau atau apapun tidak boleh. Tidak ada alasan dipaksa
narasumber.” Bahkan ketika medapatkan sebuah undangan menghadiri acara
pengumuman penulisan artikel Pak Bos lah yang menjadi sopir pribadi Ita, siap
mengantar sampai tujuan. Dahlan yang kita kenal adalah sosok terngeyel dengan
daftar bolak balik beliau untuk rawat inap di Rumah sakit bahkan sempat
kabur-kaburan. Dahlan memang tidak suka dikatakan SAKIT. Saat coba ditengok di
RS anak buahnya malah diusir dengan halus dan cara bercandanya, akhirnya ia
mengetahui bahwa ia sudah mengidap penyakit yang diderita oleh ibu dan kakaknya
dan sebagai penyebab kematian mereka, Hepatitis.
“ Biar Tidak
sakit seperti saya. Penyakit itu harus dilawan. Urusan nyawa itu Hak Tuhan!”
Tidak pernah menyerah dan tidak berkecil
hati dengan vonis dokter yang menyebabkan ia harus menjalani ganti hati di
tahun 2007 di Tiongkok.
Dahlan kini memang enggan untuk
menduduki kursi mentrinya karena enggan disebut pejabat. Tetap dengan
kesederhanaannya beliau berkata “Kayak pejabat aja” hingga sekarang Dahlan
memang masih mengenakan kemeja putih, sepatu kets dan rutin setiap minggu pagi
ke monas untuk jalan sehat dan senam.
Tentang Penulis
Siti Nasyi’ah
mengawali karier sebagai wartawan Jawa Pos mulai 1991. Kala itu, mahasiswa
Stikosa AWS menjadi wartawan magang dengan inisial Ita. Beruntung, Ita mendapat
“didikan” langsung dari Pimrednya Dahlan Iskan yang karya tulisannya berinisial
dis. Lulus dari Stikosa AWS, Ita melanjutkan studi di Fakultas Hukum
Universitas Wijaya Putra Surabaya, hingga mengantongi gelar Sarjana Hukum.
Selama menjadi
wartawan, meraih beberapa penghargaan. Diantaranya, juara 1 karya tulis
jurnalistik Pemkot Surabaya selama dua tahun berturut-turut. Wartawan Terbaik
Jawa Pos serta penghargaan Bintang Bhakti Budaya Kelas 1 dari Pusat Lembaga
Kajian Budaya Jawa(PLKJ) Solo.
Kini, ibu dari
seorang anak benama Aisyah Lintang Maharani itu aktif menjadi wartawan
dimajalah wanita Kartini. Dan istri dari Jusak Soenarjo itu aktif diberbagai
organisasi profesi, hobi maupun ormas. Salah satunya adalah Asosiasi Bonek
Surabaya. Sederet buku biografi dari tokoh penting juga pernah dihasilkan.
Untuk menghubungi Ita bisa melalui email ita_nasy@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar